SERPIHAN RINDU

foto : Elisa
Eni, adalah gadis yang amat menawan hati. Kata-katanya selalu membunuhku. Rasa cintaku membuat keteguhan hati mempertanyakan tentang cinta ini. Tak hanya itu, bagiku Eni adalah gadis yang menyimpan sejuta rahasia. Di Sinilah aku mulai terpaut cinta, dan ingin setiap hari bersua melihat canda tawanya.

Hidupku terpanggang dalam labirin cinta yang sulit untuk di mengerti. Setiap debuh rindu, menimbulkan sejuta pertanyaan. Apakah ini sebuah cinta, atau hanya sebuah kekaguman semata. Oh… tuhan aku tak mampu memikul pertanyaan ini. Berilah keberanian untuk mengatakan pada dirinya.

***

Selama tiga bulan sudah tak berjumpa pada gadis Kesayanganku. Pagi ini aku menggelora menunaikan kewajibanku menuntut ilmu di SMK Mulisa. Di sepanjang jalan yang berkelok tajam, ku bayangkan wajahnya yang akan mengantikan matahari pagi ini yang tak kunjung melirik. Benar saja, 500m dari sekolahku, batinku tergoncang angin badai yang meliuk-liuk.

Banyak kawan perempuan melempar senyum padaku, tapi liukan hatiku bukan karena senyum mereka yang suka ketampananku. Tapi aku sendiri juga tak tau dari mana asal getaran-getaran ini. Apakah ini yang dinamakan dimabuk rindu?.

Tetap aku terjang angkara rindu ini dengan keberanian sebagai “kesatria baja hitam atau ninja hatori”, oh… bukan. Tapi sebagai “pangeran”. Terlalu indah memang angan-anganku. Tapi dalam realita aku juga tidak tau.

***

Ku temukan Eni di sudut belakang. Saat ku langkahkan kaki ke pintu kelas, pak Muklas Memanggilku. Aku beranjak mendekati Pak Muklas. Oh…Tuhan, ternyata Pak Muklas hanya menjitakku, karena aku tidak memakai sepatu hitam. Sebenarnya hatiku ingin sekali melengossi pak muklas yang telah menganggu acaraku, tapi aku tidak berani kepada Guru BP satu ini.

Aku segera berlari ke kelas untuk menghampiri Eni. Ku langkahkan kaki pertama dari pintu. Nampak dari kejauhan wajahnya sayu, rambut yang terurai indah kini sudah di pangkas habis, dan senyumnya padaku membuat hatiku teriris seribu.

Langkah kedua
“Riyan!!, mana proposal tempat kita PKL”. teriak Dani, aku hampiri dia untuk membahas proposal tempat kami Praktek Industri. Dengan segera aku selesaikan, kemudian berlari tak ingin mendengar panggilan kawan-kawan, bahkan jika kepala sekolah memanggilku lagi, tidak akan aku hiraukan. Aku terlanjur rindu pada Eni.

Kali ini aku berlari ke kelas agar namaku tidak di panggil lagi. Ku lihat Eni duduk seorang diri, meski rambutnya dipangkas habis tetap terlihat manis sekali, bibirnya yang merah kini menjadi putih seperti bule, dan karakter cerianya kini berbalik menjadi pendiam, seperti rumput yang bergoyang terhempas angin.
Tinggal sepuluh langkah aku akan segera di depannya. Dia tersenyum getir padaku.

“Hap!!!” aku tangkap tubuhnya yang semakin kurus itu. aku dekap sekuat tenaga. Ya!, aku dekap. Seharusnya saat itu aku senang, tapi keadaannya hanya menjadi panik. Karena Eni pingsan dalam pelukannku.

***

Tiga hari setelah kejadian itu,

“.……Lirikan matamu menghentikan denyut nadi. Setiap gerikmu aku memimpikanmu. Aku tak sanggup mengatakan semua itu langsung padamu. Maaf kini aku harus pergi meninggalkan namamu dan meninggalkan paras wajahmu yang membuatku dimabuk rindu. Meski dalam kerinduanku itu, kau tinggalkan taman bunga di hati.

Di atas cinta masih ada cinta yang pantas duduk di singgasana. Tapi aku tak sanggup menepis sebuah takdir. Sebenarnya kemana cinta akan berlabuh, kau tak harus tau. Ku tahu kau mencintaiku, begitu pula aku. Biarlah hati ini mencoba berdiri tegap untuk menentukan jalan hidupku nanti, biarlah cinta menumbuhkan keberanian untuk menyibak rahasia hati. Ku harap kau tau maksudku, karena di balik pesan awal kau memberikan keberanian, ku harap kau akan mendapatkan teman perjalanan hidupmu sendiri. Karena jalan didepanku tak tampak lagi untukku. Tuhan terlanjur mencintaiku, dan aku pun juga lebih memilih cinta Tuhan” Setelah ku baca suratnya, baru ku tahu bahwa Eni juga menyukaiku disini pula umurnya tidak akan lama lagi karena menderita penyakit Leukimia akut. (Elisa)
SERPIHAN RINDU SERPIHAN RINDU Reviewed by elisa on Thursday, April 16, 2009 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.